Pengikut

Diberdayakan oleh Blogger.
RSS

Mengatur Uang Saku Pada Anak

Mengatur Uang Saku Pada Anak

Bagaimana caranya mengatur uang saku untuk anak? Mana yang lebih baik; harian, atau bulanan? Berapa besarnya uang saku yang ideal?
Pertanyaan-pertanyaan seperti itu seringkali mengemuka ketika kita membahas masalah uang dan anak-anak. Dan ternyata setiap keluarga memiliki kebijakan yang berbeda-beda mengenai hal ini.
Sebagaimana pendidikan anak pada umumnya, ada tahapan-tahapan datam memberikan uang saku pada anak dilihat dari kesiapannya dalam mengelola uang sendiri. Batasan usia sebetulnya tidaklah baku, kesiapan anak yang lebih menentukan.
Tahapan pemberian uang saku pada anak:
1. Usia pra-sekolah. Anak usia ini sebaiknya tidak dibiarkan memegang uang sendiri. Berikan ia uang hanya ketika ia membutuhkan sesuatu untuk dibeti. Anda bisa membelikan untuknya, atau biarkan ia sendiri yang memegang dan memberikan uangnya sebagai sarana pembelajaran.
2. Usia TK. Anak usia TK biasanya sudah mulai bisa menghitung, ia sudah bisa diperbolehkan memegang sendiri uang sakunya selama sekolah. Dengan uang, orangtua bahkan bisa mengajarkan anak untuk berhitung tebih mudah daripada dengan angka-angka yang hanya bayangan saja di papan tulis. Namun di usia ini, ia belum bisa diminta untuk mengerti mengenai batasan uang saku. Ia hanya bisa diminta uang memang uangnya pada saat di sekotah saja. Di rumah nanti, biasanya ia bisa minta jajan lagi.
3. Usia SD awal. Mulai jenjang SD seharusnya ia sudah bisa berhitung dengan baik, sampai pada pecahan uang yang lebih besar. Pada saat ini kita sudah bisa mulai memberikan uang saku harian. Bukan hanya untuk sekolahnya saja, tapi juga untuk jajannya di rumah sepulang sekolah. Pada tahap ini kita sudah mulai bisa memberikan pemahaman mengenai anggaran harian. Minta anak untuk berhitung sebelum ia memutuskan untuk jajan. Sedapat mungkin batasi uang saku anak dan jangan biarkan ia meminta lagi jika uangnya sudah habis.
Program menabung dengan celengan juga sudah bisa dimulai pada usia ini. Ingat, ajarkan ia untuk mengisi celengannya sebelum berangkat sekolah. Bukan sepulangnya dari sekotah. Hal ini untuk mengajarkan paradigma menabung yang benar, bahwa menabung bukan menyisakan uang, tapi mengalokasikan uang untuk masa depan.
4. Usia SD akhir. Di usia ini, Anda sudah harus lebih tegas mengenai uang saku. Tidak ada uang tambahan selain uang saku yang telah diberikan. Berikan pengertian bahwa ia harus bertanggung jawab penuh dengan uang sakunya, dan sama sekali tidak bisa meminta uang saku tambahan jika uang sakunya sudah habis padahal masih ada jajanan lain yang diinginkannya. Belajar berhitung pengeluaran dan belajar menahan keinginan seharusnya sudah tuntas di usia ini.
5. Usia SMP. Memasuki jenjang SMP, semakin beragam kebutuhan anak. Dan biasanya anak juga sudah mulai sekolah agak jauh dari rumah. Anak seusia ini sudah bisa diberikan uang saku. Karena di usia ini, terkadang sudah memiliki kebutuhan yang munculnya. Seperti jalan-jalan dengan teman di akhir pekan, atau membeli sendiri pertengkapan sekolah yang dibutuhkannya.
Pemberian uang saku pekanan juga akan memberikannya pengalaman baru yang sangat berharga mengenai menahan keinginan untuk belanja. Walaupun ia memegang sejumlah uang yang cukup besar di awal pekan, tapi ia harus bersabar karena uang tersebut tidak boleh habis sebelum akhir pekan.
Di usia ini juga sudah mulai bisa dikenalkan dengan proses mencari uang, bukan hanya membelanjakan uang. Mulai kenalkan ia dalam kegiatan orang tua yang berhubungan dengan mencari nafkah. Seperti memperkenatkan dengan kegiatan di kantor, mengajaknya ke pasar, dan sebagainya. Anggap saja sebagai mempraktekan ilmu ekonomi yang sudah mulai dipetajarinya di bangku SMP.

Celengan untuk anak usia ini mungkin sudah tidak cocok tagi, mulai kenalkan ia dengan bank. Temani anak untuk membuka rekening tabungan atas namanya sendiri di bank.
6. Usia SMA. Uang saku pada tahap ini bisa ditingkatkan menjadi bulanan, bukan lagi pekanan. Anak sudah bisa mulai diberikan tanggung jawab yang lebih besar dalam mengelola uangnya sendiri. Dengan memberikannya uang saku bulanan, anak akan punya pengalaman mengelola uang yang lebih luas dan akan sangat bermanfaat pada saat ia menerima gaji bulanannya sendiri.
Di tahap ini, jangan halangi jika anak memiliki ketertarikan pada suatu usaha tertentu. Mungkin ia merasa ada peluang berdagang di bukan puasa. Atau ia merasa memiliki keahlian yang bisa dimanfaatkannya. Silakan saja, jangan juga batasi dengan keuntungan atau apapun. Biarkan saja ia menimba pengalamannya sendiri.
Pustaka
Cash Flow for Women

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar